IMPOR BAWANG MERAH TURUN, BAWANG PUTIH TETAP TINGGI
Senin, Juni 23, 2014 | Diposting oleh
BUMI PENATARAN TC |
Edit Entri
Komoditi bawang merah dan bawang putih mengalami posisi yang bertolak
belakang. Jika bawang merah kini sudah meningkat sehingga impor
menurun, sebaliknya bawang putih masih banyak dipenuhi dari impor. Saat
ini realisasi impor bawang merah hingga Juni mencapai 22.000 ton.
Sementara sepanjang tahun 2013 impor bawang merah mencapai 70.000 ton.
Sedangkan impor bawang putih hingga Juni memcapai 145.910 ton.
“Turunnya impor bawang merah karena produksi naik dari hasil pemerataan sentra bawang merah, sehingga tak hanya terpusat di Pulau Jawa tapi juga di berbagai daerah luar Jawa seperti Sulawesi Setan dan Nusa Tenggara Barat,” kata Sekertaris Jenderal Dewan Bawang Merah, Mudatsir, Senin (23/6).
Ia mengatakan, tahun sebelumnya sekitar 85% dari total produksi bawang merah nasional diproduksi di Pulau Jawa. Namun, kini Jawa hanya memberikan kontribusi sekitar 65% dari total produksi dan sisanya tersebar merata di berabagai daerah lain.
Selain itu, sentra produksi bawang merah lain seperti di Brebes, Jawa Tengah dan Cirebon juga mulai panen.
“Produksi akan memasuki puncak pada bulan Agustus hingga November mendatang karena curah hujan diperkirakan akan berkurang, Produksi bawang merah tahun ini diperkirakan mencapai 1,1 juta ton, naik dari realisasi produksi tahun lalu yang sekitar 820.000 ton-900.000 ton,” kata Mudatsir.
Sementara bawang putih, Indonesia sempat mengalami swasembada bawang putih sekitar 16 tahun yang lalu. Namun kini, dari data Kementerian Pertanian (Kemtan), kebutuhan nasional akan bawang putih sebanyak 95% dipenuhi dari impor. Seperti disampaikan Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan, turunnya produksi karena iklim dan kondisi geografis Indonesia tidak memungkinkan bawang putih ditanam di Indonesia.
Alasannya, dataran tinggi yang menjadi tempat ideal bawang putih ditanam lebih banyak ditanami komoditas lain seperti: cengkeh, teh, dan kentang. Diversifikasi tanaman tersebut, kata dia, secara langsung berdampak pada penurunan lahan tanam bawang putih yang cukup drastis.
Pada tahun 1998, luas tanam bawang putih mencapai 250.000 hektare, namun di tahun 2013 tersisa 25.000 ha. Akibatnya dari jumlah kebutuhan bawang putih nasional sebanyak 400.000 ton setiap tahun sebanyak 95% berasal dari impor.
Baru 5% saja yang dapat dipenuhi petani lokal dengan sentra bawang putih terbesar juga hanya berada di Malang, Jawa Timur.
Menurut dia, bawang putih sudah mengalami ketergantungan impor, karena bukan produk kearifan lokal. “Secara geografis tanam dan iklim sudah tak sama. Gaya hidup makan masyarakat Indonesia dengan menggunakan bawang putih makin tinggi. Tidak mungkin ditutup hanya dari produksi dari dalam negeri,” tukasnya. (afr) sumber: http://kominfo.jatimprov.go.id/watch/40276
“Turunnya impor bawang merah karena produksi naik dari hasil pemerataan sentra bawang merah, sehingga tak hanya terpusat di Pulau Jawa tapi juga di berbagai daerah luar Jawa seperti Sulawesi Setan dan Nusa Tenggara Barat,” kata Sekertaris Jenderal Dewan Bawang Merah, Mudatsir, Senin (23/6).
Ia mengatakan, tahun sebelumnya sekitar 85% dari total produksi bawang merah nasional diproduksi di Pulau Jawa. Namun, kini Jawa hanya memberikan kontribusi sekitar 65% dari total produksi dan sisanya tersebar merata di berabagai daerah lain.
Selain itu, sentra produksi bawang merah lain seperti di Brebes, Jawa Tengah dan Cirebon juga mulai panen.
“Produksi akan memasuki puncak pada bulan Agustus hingga November mendatang karena curah hujan diperkirakan akan berkurang, Produksi bawang merah tahun ini diperkirakan mencapai 1,1 juta ton, naik dari realisasi produksi tahun lalu yang sekitar 820.000 ton-900.000 ton,” kata Mudatsir.
Sementara bawang putih, Indonesia sempat mengalami swasembada bawang putih sekitar 16 tahun yang lalu. Namun kini, dari data Kementerian Pertanian (Kemtan), kebutuhan nasional akan bawang putih sebanyak 95% dipenuhi dari impor. Seperti disampaikan Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan, turunnya produksi karena iklim dan kondisi geografis Indonesia tidak memungkinkan bawang putih ditanam di Indonesia.
Alasannya, dataran tinggi yang menjadi tempat ideal bawang putih ditanam lebih banyak ditanami komoditas lain seperti: cengkeh, teh, dan kentang. Diversifikasi tanaman tersebut, kata dia, secara langsung berdampak pada penurunan lahan tanam bawang putih yang cukup drastis.
Pada tahun 1998, luas tanam bawang putih mencapai 250.000 hektare, namun di tahun 2013 tersisa 25.000 ha. Akibatnya dari jumlah kebutuhan bawang putih nasional sebanyak 400.000 ton setiap tahun sebanyak 95% berasal dari impor.
Baru 5% saja yang dapat dipenuhi petani lokal dengan sentra bawang putih terbesar juga hanya berada di Malang, Jawa Timur.
Menurut dia, bawang putih sudah mengalami ketergantungan impor, karena bukan produk kearifan lokal. “Secara geografis tanam dan iklim sudah tak sama. Gaya hidup makan masyarakat Indonesia dengan menggunakan bawang putih makin tinggi. Tidak mungkin ditutup hanya dari produksi dari dalam negeri,” tukasnya. (afr) sumber: http://kominfo.jatimprov.go.id/watch/40276
Label:
Berita Utama,
Home
Langganan:
Posting Komentar (Atom)






0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar anda di sini, kasih masukan apa saja.